Pneumonia Capai 1.857 Kasus, Dinkes KBB Ungkap Faktor dan Gejalanya 

Dinas Kesehatan atau Dinkes KBB menyebut ada 1.857 kasus pneumonia yang terkonfirmasi di wilayah Bandung Barat dan menyerang balita (0-5 tahun).

Pneumonia Capai 1.857 Kasus, Dinkes KBB Ungkap Faktor dan Gejalanya 
Secara rinci, dari 1.857 kasus pneumonia yang tercatat Dinkes KBB itu sebanyak 1.793 pneumonia tergolong sedang dan 64 balita mengalami pneumonia berat. Kemudian pada anak rentang usia 5-9 tahun terdapat 375 kasus, rentang usia 9-60 tahun pneumonia menjangkiti 575 orang. Sedangkan pada usia 60 tahun ke atas sebanyak 350 orang terkena pneumonia. (ilustrasi)

INILAHKORAN, Ngamprah - Dinas Kesehatan atau Dinkes KBB menyebut ada 1.857 kasus pneumonia yang terkonfirmasi di wilayah Bandung Barat dan menyerang balita (0-5 tahun).

Secara rinci, dari 1.857 kasus pneumonia yang tercatat Dinkes KBB itu sebanyak 1.793 pneumonia tergolong sedang dan 64 balita mengalami pneumonia berat. Kemudian pada anak rentang usia 5-9 tahun terdapat 375 kasus, rentang usia 9-60 tahun pneumonia menjangkiti 575 orang. Sedangkan pada usia 60 tahun ke atas sebanyak 350 orang terkena pneumonia.

Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinkes KBB Nurul Rasyihan mengatakan, mulai dari balita, anak kecil, lansia, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Baca Juga : Kendalikan Harga Jelang Akhir Tahun, Disdagin Kota Bandung Gelar Pasar Murah di Antapani dan Bojongloa Kidul

Termasuk, individu dengan kondisi medis kronis seperti diabetes atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK) paling rentan terserang pneumonia.

"Faktor risiko lain termasuk merokok dan paparan zat berbahaya," katanya kepada wartawan.

Nurul menjelaskan, pneumonia merupakan penyakit pernapasan yang dapat menimbulkan berbagai gejala dan gejala umumnya melibatkan sistem pernapasan, seperti demam, batuk, dan sesak napas. 

Baca Juga : Hindari Insiden Buruk Jelang Nataru 2023/2024, Disparbud KBB Monitoring Sarpras di Kawasan Wisata Lembang 

"Selain itu, penderita pneumonia sering mengalami nyeri dada yang mungkin memburuk saat bernapas, serta produksi lendir atau dahak yang bisa berwarna berbeda," jelasnya.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani