(Sikap Kami) Belajar dari PSBB

KONSISTENSI terhadap sesuatu yang baik itu penting. Tapi, rupanya itu yang tidak kita punya. Atau, sengaja kita lepaskan. Maka, PPKM yang digelar di Jawa-Bali, tak membuahkan hasil yang kita inginkan, kalau tak mau disebut gagal.

(Sikap Kami) Belajar dari PSBB

 

KONSISTENSI terhadap sesuatu yang baik itu penting. Tapi, rupanya itu yang tidak kita punya. Atau, sengaja kita lepaskan. Maka, PPKM yang digelar di Jawa-Bali, tak membuahkan hasil yang kita inginkan, kalau tak mau disebut gagal.

Kita kutiplah data dari Satgas Covid-19 soal kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan. Kepatuhan memakai masker ada di angka 62,46%, naik dibanding 50,27% sebelum PPKM. Menjaga jarak pun naik dari 35,98% menjadi 53,09%.

Baca Juga : Rejuvenasi Rencana Pelabuhan di Indonesia, Perlukah?

Tapi, angka-angka kepatuhan itu jauh dibanding saat banyak daerah menggelar pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Kala itu, kisaran September dan Oktober, kepatuhan memakai masker sampai 84,77% dan menjaga jarak 69,04%.

Kita paham, angka penambahan pasien belum bisa dijadikan rujukan. Tapi, kecenderungan untuk melandai, seperti saat PSBB, masih jauh panggang dari api. Rata-rata terjadi penambahan di atas 10 ribu pasien baru setiap hari. Bahkan pernah menyentuh angka 14 ribu.

Angka-angka soal kepatuhan itu memang kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya PPKM tak mengatur soal pergerakan warga secara utuh. Di jalanan, kita tak melihat ada perbedaan keramaian lalu lalang manusia saat sebelum PPKM dengan waktu diberlakukan PPKM.

Baca Juga : (Sikap Kami) Kenapa Sih Ngeles Melulu?

Tidak juga kita lihat pemeriksaan yang tegas terhadap aturan-aturan. Bagaimana kita tahu perkantoran memberlakukan hanya 25% bekerja dari kantor? Nyaris tak terdengar ada pelanggaran.

Halaman :


Editor : Bsafaat