Sikap Kami: Jangan Ada Arkan

STADION Maksimir, 13 Mei 1990. Sekitar 1.500 anggota Delije, hadir di stadion di Zagreb itu. Delije adalah hooligan klub Red Star Belgrade, dipimpin Arkan. Terlibat tarung terbuka di dalam stadion dengan pendukung tuan rumah.

Sikap Kami: Jangan Ada Arkan

STADION Maksimir, 13 Mei 1990. Sekitar 1.500 anggota Delije, hadir di stadion di Zagreb itu. Delije adalah hooligan klub Red Star Belgrade, dipimpin Arkan. Terlibat tarung terbuka di dalam stadion dengan pendukung tuan rumah.

Siapakah Arkan? Begitu disebut nama aslinya, semua bergidik. Zeljko Raznatovic. Dia politisi, pemilik klub, tapi lebih dikenal sebagai mobster, komandan paramiliter dan jadi orang paling dicari interpol.

Setelah jadi suporter Red Star, Arkan bikin klub, FK Obilic. Klub papan atas di Serbia. Sebagian besar kemenangannya didapat melalui cara curang. Dia tak segan-segan mengancam mematahkan kaki pemain lawan jika mencetak gol ke gawang Obilic. Saban ke stadion, dia membawa senjata api.

Baca Juga : Sikap Kami: Madu dan Racun Infrastruktur

Arkan –yang tahun 2000 lalu tewas diberondong seorang anggota brimob di hotel—adalah suporter garis keras. Zvonimir Boban, salah satu pemain terbaik Kroasia, sangat membencinya.

Sepak bola tak butuh Arkan. Tepatnya, tak butuh suporter garis keras. Sebab, sepak bola bukan hanya soal kalah-menang. Dia adalah seni –seperti Pele diajarkan ayahnya mengasah kemampuan teknik dengan menendang jeruk. Dia adalah kerja sama, seperti Ronaldinho memimpin orkestrasi Barcelona. Dia adalah juga perjuangan tak kenal menyerah, seperti aksi Teddy Sheringham dan Ole Gunnar Solksjaer memenangkan Liga Champions di detik-detik terakhir.

Maka, jika ada kehadiran suporter garis keras, sudah pasti hanya akan jadi perusak. Laksana Arkan merusak sepak bola Serbia, Kroasia, dan Bosnia. Seperti hooligan membunuh masa keemasan Liverpool.

Baca Juga : Sikap Kami: Beban Berat Kapolri

Sialnya, sepak bola Indonesia, justru mengambil contoh pada kelompok perusak itu. Maka, ketika kita hendak menyaksikan keindahan di lapangan hijau, salau satu kerisauan adalah akan jadi korban kerusuhan atau tidak.

Halaman :


Editor : Zulfirman