Survei LSI Klaim Intoleransi dan Kekerasan Ekstrem di Jabar Masih Aman, Tapi Wajib Diwaspadai

Tidak dapat dipungkiri, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menilai intoleransi dan kekerasan ekstrem  masih menjadi hambatan besar di negeri ini. Padahal, masyarakatnya plural yang terdiri dari beragam agama, suku, dan budaya.

Survei LSI Klaim Intoleransi dan Kekerasan Ekstrem di Jabar Masih Aman, Tapi Wajib Diwaspadai
Dari hasil survei LSI pada 16-29 Mei 2023 lalu, dengan melibatkan 600 responden terbagi dari 27 kota/kabupaten. Ternyata masih ada yang mendukung intoleransi dan kekerasan ekstrem beserta organisasinya meski tidak terlalu signifikan. (yuliantono)

INILAHKORAN, Bandung - Tidak dapat dipungkiri, Lembaga Survei Indonesia (LSI) menilai intoleransi dan kekerasan ekstrem  masih menjadi hambatan besar di negeri ini. Padahal, masyarakatnya plural yang terdiri dari beragam agama, suku, dan budaya.

Dari hasil survei LSI pada 16-29 Mei 2023 lalu, dengan melibatkan 600 responden terbagi dari 27 kota/kabupaten. Ternyata masih ada yang mendukung intoleransi dan kekerasan ekstrem beserta organisasinya meski tidak terlalu signifikan.

Peneliti Senior LSI Rizka Halida mengatakan, hasil survei opini publik mengenai sikap atas intoleransi dan kekerasan ekstrem dalam kehidupan beragama mengatakan di Jawa Barat dukungan terhadap kekerasan ekstrim dan organisasi kekerasan ekstrim tidak begitu menonjol. 

Baca Juga : Pengambilalihan Bandung Zoo oleh Pemkot Bandung, Pengelola Bilang Lahannya Masih Status Quo

Namun, terhadap organisasi intoleran, nyatanya cukup berimbang antara yang mendukung dan tidak. Persoalan ini diakuinya patut diwaspadai karena dapat menjadi ancaman.

"Secara umum, bukan mayoritas. Tapi ada poin yang perlu kita jadikan perhatian, cukup banyak yang mendukung dalam bentuk pergi berperang ke negara lain untuk membela agama. Artinya masih sangat potensial untuk dijadikan target yang ingin merekrut orang ke Suriah (misalnya). Kemudian dukungan terhadap organisasi yang mengampanyekan intoleransi, sampai saat ini tinggi pengetahuannya tapi dukungan berimbang antara setuju dan tidak setuju. Ada 45 persen yang setuju dan tidak setuju," ujarnya di Hotel Savoy Homann, Kota Bandung, Kamis 8 Juni 2023.

Kendati kata dia, hasil tersebut belum sepenuhnya dapat menjadi tolok ukur. Mengingat 27 kota/kabupaten di Jawa Barat memiliki karakteristik tersendiri, merujuk dari sejarah masa lalu masing-masing kawasan tersebut.

Baca Juga : ITB Berduka, Ghifary Meninggal Dunia Akibat Kecelakaan Jelang Kontes Robot

"Temuan ini perlu dilihat perwilayah. Secara umum wilayah tidak setuju dengan kekerasan ekstrim, tapi ada wilayah yang bisa dikaji lebih lanjut. Ada wilayah di masa lalu yang sejarahnya potensial, mendukung kekerasan ekstrim," ucapnya.

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani