Badan Geologi Selidiki Retakan Tanah Akibat Gempa di Sumedang

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan penyelidikan serta mengumpulkan informasi terkait retakan tanah dan kerusakan akibat gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.

Badan Geologi Selidiki Retakan Tanah Akibat Gempa di Sumedang
Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan penyelidikan serta mengumpulkan informasi terkait retakan tanah dan kerusakan akibat gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat./antara

INILAHKORAN, Sumedang- Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melakukan penyelidikan serta mengumpulkan informasi terkait retakan tanah dan kerusakan akibat gempa bumi yang mengguncang Kabupaten Sumedang, Jawa Barat.
 
"Hasil penyelidikan awal menunjukkan indikasi keretakan tanah berarah timur laut hingga barat daya. Kawasan terdampak merupakan kawasan dengan kedalaman muka air tanah 1,5 hingga 3 meter dari permukaan," demikian keterangan resmi Badan Geologi yang dikutip di Jakarta, Selasa 2 Januari 2024.
 
Pada 31 Desember 2023 Kabupaten Sumedang diguncang gempa beruntun sebanyak tiga kali dengan kekuatan 4,1 magnitudo, kemudian 3,4 magnitudo, dan 4,8 magnitudo.
 
Sehari berselang tepatnya pada 1 Januari 2024, gempa kembali mengguncang wilayah tersebut dengan kekuatan 4,5 magnitudo. Gempa bumi beruntun tersebut menyebabkan sekitar 400 rumah rusak dan sekitar 500 orang mengungsi ke tempat aman.
 
Badan Geologi mengeluarkan kesimpulan sementara bahwa dampak kerusakan tidak bersifat masif pada sarana dan prasarana publik di Kabupaten Sumedang dan informasi beberapa kerusakan ringan rumah di pemukiman Babakan Hurip.
 
Berdasarkan data Badan Geologi, daerah Sumedang secara umum tersusun oleh tanah sedang (kelas D) dan tanah keras (kelas C).
 
Wilayah itu secara umum tersusun oleh endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api (breksi gunung api, lava, tuff) dan endapan danau. Sebagian batuan rombakan gunung api tersebut telah mengalami pelapukan.
 
Endapan kuarter secara umum bersifat lunak, lepas, belum kompak, dan memperkuat efek guncangan, sehingga rawan gempa bumi.
 
Berdasarkan posisi lokasi pusat gempa bumi dan kedalaman dari data BMKG, maka kejadian gempa bumi itu diperkirakan akibat aktivitas sesar aktif, yakni Sesar Cileunyi - Tanjungsari.
 
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan menjelaskan Sesar Cileunyi - Tanjungsari merupakan sesar mendatar mengirim.

Sesar itu tersebar mulai dari selatan Desa Tanjungsari menerus ke timur laut hingga lembah Sungai Cipeles dan memiliki nilai laju geser berkisar antara 0,19 sampai 0,48 milimeter per tahun tahun.*** (antara)

Baca Juga : Tahun Lalu, Retribusi TKA Disnaker Kabupaten Cirebon Tembus  Rp3,2 Milyar Lebih


Editor : JakaPermana