Guru Besar IPB University Dwi Guntoro Beberkan Strategi Pengelolaan Gulma Resisten Herbisida

Guru besar IPB University Dwi Guntoro membeberkan strategi pengelolaan gulma resisten herbisida untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Hal ini tercetus dikarenakan kebutuhan beras di Indonesia makin meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2023 sebanyak 280,73 juta jiwa. Konsumsi beras 82,87 kg/kapita/tahun. 

Guru Besar IPB University Dwi Guntoro Beberkan Strategi Pengelolaan Gulma Resisten Herbisida
Dwi Guntoro melanjutkan, gulma merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman yang dapat mengancam ketersediaan pangan global karena dapat menyebabkan penurunan hasil tanaman padi akibat kompetisi, alelopati dan sebagai inang hama penyakit. (istimewa)

"Gulma resisten herbisida merupakan ancaman bagi penyediaan pangan nasional. Gulma resisten dapat menurunkan produksi padi hingga 20% sampai 50%. Apabila penurunan produksi akibat gulma resisten mencapai 30% dan potensi produktivitas padi 10 ton/ha, maka potensi kehilangan hasil dapat mencapai 3 ton per hektar. Dengan luas lahan panen sebesar 10,21 juta hektar, maka potensi kehilangan hasil mencapai sebesar 30,6 juta ton GKG atau setara dengan 18,36 juta ton beras," tambahnya.

Menurutnya, kehilangan tersebut dapat mengakibatkan kurangnya pasokan beras untuk sekurang-kurangnya 220 ribu orang per tahun. Studi kasus pada sentra produksi padi sawah di Provinsi Jawa Barat menunjukkan bahwa beberapa spesies gulma padi sawah telah mengalami resistensi terhadap herbisida. Kondisi ini dapat menjadi ancaman nyata bagi upaya peningkatan produksi padi.

"Studi resistensi gulma M. vaginalis terhadap herbisida metilmetsulfuron terjadi karena perubahan genetik yang menyebabkan perubahan asam amino. Pengelolaan gulma pada masa mendatang membutuhkan strategi yang tepat berbasis pada 5 pilar yakni pengelolaan presisi, ramah lingkungan, biaya rendah, berbasis sumberdaya lokal dan lintas disiplin. Pemetaan gulma resisten sangat penting untuk memberikan gambaran pada lokasi mana gulma sudah mulai resisten dan pemetaan ini sangat berguna sebagai dasar dalam pengelolaan gulma berkelanjutan," tuturnya.

Baca Juga : Bima Raih Satyalancana dari Presiden, Penghargaan Ini Untuk Semua ASN Hebat Kota Bogor

Dwi membeberkan, strategi pencegahan dapat dilakukan antara lain pendidikan dan pelatihan petani, pengelolaan seedbank, penggunaan varietas dengan daya kompetisi kuat, pencegahan perkembangan dan penyebaran propagul gulma. Strategi pengendalian dapat dilakukan melalui rotasi bahan aktif, penggunaan bahan aktif baru termasuk penggunaan bioherbisida, penggunaan herbisida berbahan aktif campuran serta pengembangan teknik pengendalian yang inovatif, seperti penggunaan teknologi plasma. 

"Monitoring dan Evaluasi merupakan tahapan penting untuk mendapatkan informasi tentang keberhasilan atau kekurangan dari tindakan pencegahan dan pengendalian yang diterapkan.
Pengembangan bioherbisida dengan memanfaatkan zat alelopaty tumbuhan merupakan salah satu alternatif untuk penggunaan bahan aktif baru," pungkasnya. (rizki mauludi)

Baca Juga : Di Pilwalkot Bogor 2024 Peluang Koalisi PAN dan Gerindra Kota Bogor Terbuka Lebar, PAN 15 Tahun Setia kepada Prabowo 

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani