Kilas Balik IBL 2020: Resistensi di Antara Kondisi dan Permisi

"Kami melihat situasi terakhir dan kami ingin mendukung pemerintah. Kami memahami dan telah melakukan diskusi internal bersama klub bahwa IBL musim 2020 harus kami batalkan."

Kilas Balik IBL 2020: Resistensi di Antara Kondisi dan Permisi
ilustrasi/antara foto

Berbagai protokol keamanan seperti penetapan zonasi serta kewajiban setiap orang-orang yang berada di dalam gelembung untuk tercatat punya hasil negatif dalam tes usap COVID-19 berkala.

Sayangnya, kerjas keras manajemen IBL tak berbanding lurus dengan statistika laporan harian kasus COVID-19 di Indonesia yang semakin hari semakin signifikan naik berdasarkan data resmi pemerintah.

Maka, 7 Oktober, kurang dari sepekan jelang jadwal kelanjutan musim 2020 digelar, IBL mengangkat tangan ke arah kamera dan menyatakan sudah tidak bisa melakukan apapun.

Bahwasanya, pada akhirnya surat rekomendasi yang sudah diterbitkan BNPB tak bernilai apapun adalah sesuatu yang harus ditelan bersama-sama bagi manajemen IBL, para atlet, pelatih, staf dan tentunya masyarakat pecinta basket.

Boleh jadi, biaya gelembung IBL di Mahaka Square tak sampai 10 persen dari taksiran 190 juta dolar AS (sekira Rp2,69 triliun) yang digelontorkan NBA untuk menyaksikan Los Angeles Lakers menjadi juara di gelembung Orlando.

Tapi, tentu itu menjadi wujud keseriusan manajemen IBL untuk bisa mewujudkan keselamatan pemain dan segenap orang yang terlibat di dalam gelembung IBL, sesuatu yang mungkin tidak terlihat dalam pelaksanaan kampanye Pilkada serentak 2020 maupun hari pemungutan suaranya.

"Tujuannya hanya satu, pasti keselamatan pemain, ofisial dan penonton," kata Junas 13 Maret silam ketika terpaksa menangguhkan IBL 2020 Seri VII di Malang, sesuatu yang nyatanya masih ia dan segenap koleganya pegang erat sampai akhirnya harus membatalkan musim ini. (Antara)


Editor : Bsafaat