Kisah Masuk Islamnya Suku Ghifar

DARI Abdullah bin Ash-Shamit, ia mengatakan bahwa Abu Dzar menuturkan, "Kami keluar dari kaum kami (Ghifar), dan mereka menghalalkan bulan suci. Aku keluar bersama adikku, Unais, dan ibu kami. Kami singgah di rumah paman kami (dari pihak ibu). Paman memuliakan kami dan berbuat baik kepada kami, sehingga kaumnya iri hati terhadap kami. Kata mereka, Jika kamu pergi meninggalkan keluargamu, maka Unais memimpin mereka. Kemudian pamanku datang lalu menyampaikan kepada kami apa yang dikatakan kepadanya. Mendengar hal itu kami mengatakan, Kebaikan yang anda perbuat selama ini telah anda cemari. Kami tidak bisa meneruskan hubungan lagi denganmu.

Kisah Masuk Islamnya Suku Ghifar
Ilustrasi/Net

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam datang hingga mencium hajar Aswad. Beliau thawaf di Baitullah beserta sahabatnya, kemudian mengerjakan shalat. Setelah menyelesaikan shalatnya, -Abu Dzar mengatakan, Aku adalah mula-mula orang mengucapkan salam kepadanya dengan salam Islam-, maka aku mengucapkan, As-Salamu `alaika, ya Rasulallah! Beliau menjawab, Wa `alaika wa rahmatullah. Kemudian beliau bertanya, Siapa kamu? Aku menjawab, Dari Ghifar.

Tapi, lanjut Abu Dzar, beliau menarik tangannya dan meletakkan jarinya pada dahinya. Aku bergumam dalam hatiku, Mungkin beliau tidak suka jika aku menyebut Ghifar. Aku pun pergi untuk memegang tangan beliau tapi sahabatnya menghalangiku, dan dia lebih tahu daripadaku. Kemudian beliau mengangkat kepalanya seraya bertanya, Sejak kapan kamu berada di sini? Aku menjawab, Sejak 30 hari 30 malam yang lalu. Beliau bertanya, Siapa yang memberimu makan? Aku menjawab, Aku tidak pernah memakan makanan kecuali air Zam-zam. Aku menjadi gemuk sehingga lekukan perutku hilang, dan aku tidak pernah lemah karena kelaparan. Nabi shallallahu alaihi wasallam bersabda, Air Zam-zam itu memberikan keberkahan. Ia adalah makanan yang mengenyangkan.

Abu Bakar berkata, Wahai Rasulullah, izinkan aku malam ini untuk menjamunya." Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan Abu Bakar pergi, dan aku ikut pergi bersama keduanya. (Setelah sampai rumahnya) Abu Bakar membuka pintu dan menyuguhkan kepada kami kismis Thaif. Itulah jamuan pertama yang aku santap. Kemudian aku boleh pergi sesukaku. Aku datang kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, beliau bersabda, Sesungguhnya telah diperlihatkan kepadaku suatu negeri yang memiliki banyak pohon kurma. Aku tidak melihatnya kecuali Yatsrib; apakah kamu sudi menyampaikan kepada kaummu tentang dakwahku? Mudah-mudahan Allah memberi manfaat kepada mereka berkat dakwahmu dan memberi pahala kepadamu karena mendakwahi mereka.

Baca Juga : Aswad Al-Ansi, Dukun yang Mengaku Nabi

Kemudian aku mendatangi Unais, maka ia bertanya, Apa yang kamu lakukan di sana? Aku menjawab, Yang aku perbuat ialah bahwasanya aku telah masuk Islam dan beriman. Unais berkata, Aku tidak membenci agamamu. Sebab aku sudah masuk Islam dan beriman. Lalu kami menemui ibu kami, maka ibu mengatakan, Aku tidak membenci agama kalian. Sebab aku telah masuk Islam dan telah beriman. Kemudian kami berangkat hingga datang pada kaum kami, Ghifar. Maka, sebagian dari suku Ghifar masuk Islam. Mereka dipimpin oleh Ima bin Ruh-shah al-Ghifari, sesepuh mereka.

Sementara separuh dari suku Ghifar lainnya mengatakan, Jika kelak Rasulullah telah sampai di Madinah, maka kami akan masuk Islam. Setelah Rasulullah shallallahu alaihi wasallam tiba di Madinah, separuh dari suku Ghifar yang tersisa masuk ke dalam Islam. Mereka datang untuk masuk Islam seraya mengatakan, Wahai Rasulullah, saudara-saudara kami telah masuk Islam, maka kami pun masuk Islam. Kemudian Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdoa, Semoga suku Ghifar mendapatkan ampunan Allah. Dan suku Aslam, semoga Allah menyelamatkan mereka dari siksaan Neraka." (Muslim, No. 2473.)

[Sumber : 99 Kisah Orang Shalih (alsofwah)]

Halaman :


Editor : Bsafaat