Nimo Highland Pangalengan yang Dikecam Dedi Mulyadi Justru Dibanggakan Bupati Bandung Dadang Supriatna

Bupati Bandung Dadang Supriatna meminta PTPN VIII dan Perhutani, terkait pelebaran akses jalan untuk beberapa wilayah yang merupakan lintasan jalan destinasi wisata. Salah satunya jalan menuju Nimo Highland Pangalengan.

Nimo Highland Pangalengan yang Dikecam Dedi Mulyadi Justru Dibanggakan Bupati Bandung Dadang Supriatna
Bupati Bandung Dadang Supriatna meminta PTPN VIII dan Perhutani, terkait pelebaran akses jalan untuk beberapa wilayah yang merupakan lintasan jalan destinasi wisata. Salah satunya jalan menuju Nimo Highland Pangalengan yang sempat dikecam Dedi Mulyadi. (rd dani r nugraha)

Objek wisata kelas dunia itu diakuinya bukan beratap baja (seng) seperti itu. Ia memberi contoh, bangunan yang ada di Gunung Tangkuban Perahu yang berbasis kayu dan bambu, sehingga mempunyai ciri khas dan karakter yang kuat. 

”Kalau persoalaan jumlah orang yang datang. Itu mudah bukan hal yang sulit untuk orang indonesia. Asal bikin keraiaman dangdutan orang mudah datang. Tapi yang harus dipikirkan adalah kesinambungan dan kelanjutannya dimasa depan," kata Dedi Mulyadi

Dia mencontohkan wisata kelas dunia yang benar adalah seperti Bali dan Yogyakarta. Sebab, memiliki karakter dan ciri khas daerahnya. Jika suatu tempat wisata dibangun asal banyak dikunjungi orang, ia memastikan tidak akan bertahan lama.

Baca Juga : Antisipasi Beban Postur Anggaran, Komisi I DPRD KBB Minta Pengadaan Anggaran Pilkada KBB 2024 Dicicil

"Bagi saya tidak terlalu penting berimaginasi soal berklas dunia segala. Jika tidak sesuai kenyataan, kalau ada turis datang malang kecewa. Jadi kalau soal orang datang itu bukan karena penataannya, tapi karena alamnya bagus," ujarnya.

Dedi Mulyadi mewanti-wanti, jika perkebunan teh peninggalan pemerintah kolonial Belanda ini harus terus dijaga dan dipelihara. Kata dia, tanah yang indah ini harus diwariskan kepada generasi selanjutnya. Tidak boleh dihabiskan (dirusak) sekarang.

"Enggak bisa PTPN VIII suatu sata wisatanya hilang Teh nya habis. Kita harus malu sama kolonial, yang memperlakukan alam ini dengan baik. Tapi kita yang mengaku sebagai pemilik negeri ini malah merusaknya," katanya.*** (rd dani r nugraha)

Baca Juga : Solusi Pemberdayaan Ekonomi Mustahik, Baznas KBB Terus Kembangkan Zmart

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani