Mei dalam Konteks Sejarah Politik Indonesia

Bulan Mei seharusnya membuka mata dan hati seluruh rakyat Indonesia. Terjadi dua peristiwa sangat penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia.

Mei dalam Konteks Sejarah Politik Indonesia
Ilustrasi/Net

INILAH, Jakarta- Bulan Mei seharusnya membuka mata dan hati seluruh rakyat Indonesia. Terjadi dua peristiwa sangat penting dan bersejarah bagi bangsa Indonesia.

Pada 22 Mei 2019, Komisi Pemilihan Umum Republik Indonesia (KPU) berkewajiban memenuhi kewajibannya untuk mengumumkan hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden yang berlangsung pada 17 April 2019. Pada saat itu, berlangsung pula pemilihan anggota DPD, DPR, serta DPRD provinsi, kota serta kabupaten. Untuk pertama kalinya dilakukan pemilihan serentak bagi presiden- wakil presiden serta calon-calon anggota legislatif.

Sementara itu, jauh sebelumnya, pada 21 Mei tahun 1998, juga terjadi peristiwa yang amat penting, yaitu turunnya Presiden Soeharto setelah berkuasa selama kurang lebih 32 tahun. Soeharto kemudian menunjuk Wakil Presiden Bacharuddin Jusuf Habibie sebagai Kepala Negara. 

Peristiwa langka itu terjadi terutama karena telah terjadi demonstrasi besar- besaran terhadap jenderal berbintang lima tersebut, karena rakyat menganggap telah terjadi tindakan-tindakan yang melawan hukum selama masa pemerintahan Soeharto. Habibie menjadi Wakil Presiden sejak bulan Oktober tahun 1997.

Habibie yang merupakan ahli konstruksi pesawat terbang pada Oktober 1999 jatuh dan digantikan oleh Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Kemudian Gus Dur diganti oleh Megawati Soekarnoputri yang merupakan seorang politisi. T

ampuk kepemimpinan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) lagi-lagi beralih kepada Letnan Jenderal TNI Purnawirawan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Akhirnya sejak Oktober 2014 hingga Oktober 2019, Joko Widodo menjadi Presiden Republik Indonesia.

Walaupun KPU baru akan mengumumkan hasil Pilpres pada 22 Mei mendatang, hasil Sistem Informasi Penghitungan Suara (Situng) KPU menunjukkan untuk sementara pasangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin masih unggul pada kisaran 56,2% jika dibandingkan dengan pesaingnya Prabowo Subianto-Sandiaga Salahuddin Uno yang meraih 43,7%.

Halaman :


Editor : Bsafaat