Rindu Mendapat Derajat yang Tinggi

TELAH berkejaran manusia di muka bumi untuk meraih derajat tertinggi di mata manusia. Untuk tujuan besar ini, seluruh macam pengorbanan pun dilakukan setulus hati, tanpa mengenal lelah dan waktu. Untuk derajat yang didambakan di dunia terkadang bahkan yang halal menjadi haram, dan yang haram menjadi halal.

Rindu Mendapat Derajat yang Tinggi
Ilustrasi/Net

Abu al-Abbas al-Basili at-Tunisi (830H) ketika menafsirkan ayat tersebut mengutip pendapat Ibn Masud yakni bertambahnya derajat dalam agama mereka jika mereka mengerjakan apa yang diperintahkan dengannya. (Nuktun wa Tanbihatun fi Tafsir al-Quran al-Majid, Maktabah Syamilah).

Al Imam Ibn Katsir menambahkan penjelasannya bahwa Allah Ta'ala Maha Mengetahui orang-orang yang memang berhak mendapatkan hal tersebut dan orang-orang yang tidak berhak mendapatkannya. Beliau mengangkat satu kisah ketika Khaliah Umar bertanya kepada Nafi bin Abdil Harits, pemimpin Makkah yang telah beliau angkat, "Siapakah yang engkau angkat sebagai khalifah atas penduduk lembah?" Nafi menjawab: "Yang aku angkat sebagai khalifah atas mereka dialah Ibn Abzi, salah seorang budak kami yang telah merdeka."

Maka Umar bertanya: "Benarkah engkau telah mengangkat seorang mantan budak sebagai pemimpin mereka?" Nafi menjawab: " Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya di adalah seorang yang ahli membaca Alquran, memahami ilmu waris dan pandai berkisah." Lalu Umar pun mengutip sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "Sesungguhnya Allah Ta'ala mengangkat suatu kaum karena Alquran ini dan merendahkan dengannya juga sebagian lainnya." (Muhammad Ali Ash-Shabuni, Mukhtashar Tafsir Ibn Katsir, Beirut: Dar Al-Fikr, Tanpa Tahun, hlm. 465)

Baca Juga : Dapat Tagihan Padahal Tak Pernah Merasa Berutang

Syaikh Wahbah az-Zuhaili menjelaskan bahwa ayat ini turun di hari Jumat, sebagaimana riwayat dari Muqatil melalui Ibn Abi Hatim, di mana adanya kaum muslimin dari Ahlu Badr yang tentu telah dikenal sebagai kaum yang lebih awal masuk ke dalam Islam, lebih terhormat posisi dan kedudukannya, datang ke majelisnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, namun tidak mendapatkan tempat untuk duduk sehingga mereka berdiri. Tingkat keilmuan mereka memberikan hak lebih kepada mereka atas dasar kehormatan para Ahlu Badr. (Tafsir al-Wasith, Jakarta:GIP, Jilid 3, hlm. 612)

Ayat ini menjadi ayat yang dipilih oleh Al-Imam Al Bukhari sebagai awal dari Kitab Ilmu dalam Shahih Bukhari. Al Hafizh Ibn Hajar Al Atsqalani menjelaskan bahwa derajat yang tinggi mempunyai dua konotasi, yaitu secara maknawiyah di dunia dengan memperoleh kedudukan yang tinggi dan reputasi yang bagus, dan hissiyah di akhirat dengan kedudukan yang tinggi di Surga. (Fathul Bari, Jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2002, hlm. 263)

Jika derajat dari Pemilik manusia yang kita harapkan, dengan izin-Nya, derajat di sisi manusia akan diperoleh dengan penuh keberkahan. Namun jika hanya derajat dari manusia yang diharapkan, khawatirlah jika kehinaan yang disematkan-Nya di akhirat kelak. Wallahul mustaan. [Ustaz Wido Supraha]

Halaman :


Editor : Bsafaat