Sikap Kami: Madu dan Racun Infrastruktur

WASKITA Karya sedang dirundung malang. Bukan karena Profesor M, komisaris independennya. Mereka mengalami kerugian hingga Rp7,38 triliun sepanjang 2020.

Sikap Kami: Madu dan Racun Infrastruktur

Pun dalam pembangunan jalan tol, proyek yang bikin Waskita Karya nyaris bokek. Di mana-mana dibangun jalan tol. Dibangun dengan pinjaman –korporasi pelat merah—yang untuk membayar bunganya pun tertatih-tatih. Sebab, secara faktual, proyek tersebut tak layak secara ekonomi.

Salah satu jalan tol yang gagal secara ekonomis itu Jalan Tol Sumatera, kebetulan dikerjakan Waskita Karya. Padahal, itu salah satu jalur tol terpanjang dan karena itu perlu dana sangat tinggi. Pun Jalan Tol Kalimantan Timur. Warga setempat menjerit karena tarifnya terlalu mahal.

Tentu saja, muncul kilah, jalan tol dibangun untuk kepentingan distribusi barang, selain orang. Dia dibangun untuk kebutuhan masa depan. Tapi, tentu harus ada perhitungan finansial yang tepat di tengah kantong kas negara yang kembang kempis.

Baca Juga : Sikap Kami: Deradikalisasi Media Sosial

Ke depan pun kita akan terus bertanya-tanya dalam keraguan, apakah pembangunan infrastruktur sudah memiliki perhitungan matang? Termasuk misalnya, rencana pembangunan istana di ibu kota negara yang baru di Penajam Paser Utara. Rencananya terus bergulir meski negara sedang membutuhkan duit tak sedikit untuk mengatasi pandemi.

Pertanyaan lain yang perlu dijawab: untuk siapa pembangunan infrastuktur, termasuk istana baru? Kebutuhan masyarakat atau kebutuhan citra? (*)
 

Halaman :


Editor : Zulfirman