Cintailah Allah dan Rasulullah Lebih dari Siapapun

DALAM kitab Al Mahabbah, Imam Al Ghazali menyatakan bahwa puncak perjalanan keberagamaan kita adalah al mahabbah alias cinta kepada Allah.

Cintailah Allah dan Rasulullah Lebih dari Siapapun
Ilustrasi/Net

Sebagai contoh adalah kisah yang diriwayatkan oleh Atha bin Abi Rabah sebagai berikut:

Pernah suatu ketika Thawus bin Kaisan melihatku dalam keadaan yang tak disukainya, lalu berkata, "Wahai Atha, mengapa engkau mengutarakan kebutuhanmu kepada orang yang menutup pintunya di depanmu dan menempatkan penajga-penjaga di rumahnya?" Mintalah kepada yang sudi membuka pintu-Nya dan mengundangmu untuk datang, serta yang berjanji akan menetapi janji.

Thawus pernah menasihati putranya, "Wahai putraku, bergaullah dengan orang-orang yang berakal karena engkau akan dimasukkan dalam golongan mereka. Jangan berteman dengan orang-orang bodoh, sebab bila engkau berteman dengan mereka, niscaya engkau akan dimasukkan dalam golongan mereka, walaupun engkau tidak seperti mereka. Ketahuilah, bagi segala sesuatu pasti ada puncaknya. Dan puncak derajat seseorang terletak pada kesempurnaan agama dan akhlaknya."

Baca Juga : Dahsyatnya Rahasia di Balik Sholat Tahajud, Yuk Buktikan

Begitulah, putranya Abdullah tumbuh dalam bimbingannya, hidup serta berakhlak seperti ayahnya itu. Maka wajar bila khalifah Abbasiyah, Abu Jafar al-Mansur memanggil putra Thawus, Abdullah serta Malik bin Anas untuk berkunjung.

Setelah keduanya datang dan duduk di hadapannya, khalifah menatap Abdullah bin Thawus seraya berkata, "Ceritakanlah sesuatu yang engkau peroleh dari ayahmu!" Beliau menjawab, "Ayah saya bercerita bahwa siksa Allah Subhanahu wa Taala yang paling keras di hari kiamat dijatuhkan kepada orang yang diberi-Nya kekuasaan lalu berlaku curang."

Malik bin Anas berkata, "Demi mendengar ucapan tersebut, aku segera melipat pakaianku karena takut terkena percikan darahnya. Tapi ternyata Abu Jafar hanya diam terpaku lalu kami berdua diizinkan pulang dengan selamat."

Baca Juga : Hadiah dari Jin yang Kalah Bergulat dengan Manusia

Usia Thawus bin Kaisan mencapai seratus tahun atau lebih sedikit. Namun usia tua tidak mengubah sedikit pun ketajaman ingatan, kejeniusan pikira,n dan kecepatan daya tangkapnya.


Editor : Bsafaat