Gunakan Metode Pendekatan Orang Dewasa, Generasi Z Asal Parongpong Pahami Pentingnya Pendidikan Pancasila 

Lunturnya pemahaman anak muda saat ini terhadap makna Pancasila sebagai ideologi bangsa kini tengah menjadi perhatian banyak pihak.

Gunakan Metode Pendekatan Orang Dewasa, Generasi Z Asal Parongpong Pahami Pentingnya Pendidikan Pancasila 
INILAHKORAN, Ngamprah - Lunturnya pemahaman anak muda saat ini terhadap makna Pancasila sebagai ideologi bangsa kini tengah menjadi perhatian banyak pihak.
Salah satunya seperti temuan sejumlah anak muda di Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat (KBB) yang sempat terpapar ideologi anti Pancasila.
Aktivis Dialog Lintas Iman, Wawan Gunawan mengatakan, anak-anak muda di Parongpong ini merupakan generasi penerus yang memiliki banyak harapan.
Oleh karena itu, melalui kegiatan workshop yang berkolaborasi dengan Juragan Jabar generasi z ini bisa menggali lebih dalam pemahaman yang terdapat dalam Pancasila.
"Karena Pancasila itu adalah titik temu berbagai perbedaan yang ada dalam bangsa kita, baik itu beda agama, suku, ras dan lainnya semua ketemu di Pancasila," katanya saat ditemui di Saung Coet di Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Bandung Barat.
Selain itu, lantaran negara ini juga saat ini tengah dalam proses dari lebih baik menuju lebih baik lagi, maka pihaknya menyebut Pancasila sebagai titik tuju.
"Makanya dalam proses politik kita ingin mengajak anak-anak untuk berkomitmen dalam menjaga Pancasila ini, karena nanti tujuan akhir kita Pancasila," ujarnya.
Selanjutnya, kata Wawan, secara metodologis dalam workshop tersebut digunakan metode pendekatan pendidikan orang dewasa.
"Jadi, pendidikan orang dewasa itu kita tidak mengajarkan Pancasila secara doktriner, tapi bagaimana Pancasila itu tumbuh dari masyarakat, dari wilayahnya masing-masing karena kita percaya Pancasila digali dari khazanah kultural bangsa Indonesia sendiri," paparnya.
"Karena sejak ratusan tahun lalu kita berketuhanan, berkemanusiaan, cinta persatuan, musyawarah, berkeadilan dan seterusnya," sambungnya.
Pihaknya pun meyakini semua orang Indonesia bisa meresapi Pancasila asal dirinya jujur terhadap dirinya sendiri.
"Menolak Pancasila sebetulnya menolak realita. Kan realita kita beragam, terdiri dari banyak suku dan bahasa. Nah, Pancasila itu menurut saya sesuatu yang bisa digali dari akar. Oleh karenanya setiap anak pasti bisa," bebernya.
Pada sesi pertama, tutur Wawan, para peserta akan diberikan stimulan agar mereka menyadari  bahwa Indonesia itu negara yang besar, penduduknya banyak, luas, garis pantainya panjang, sangat banyak sekali tumbuh dan seterusnya.
"Itu dilakukan untuk mulai membangun kesadaran mereka," ucapnya.
Kemudian pada sesi kedua, mereka diarahkan untuk betul-betul menjadi bangsa Indonesia dan kemudian dilanjutkan untuk mengenali tantangan ideologi, seperti radikalisme, egois, ingin menjadi kelompok yang didahulukan dan lainnya.
Terakhir, melalui metode brainstorming mereka diajak untuk menggali hal-hal yang berkaitan dengan Pancasila di lingkungan mereka masing-masing.
"Mereka harus mencari nilai ketuhanan di daerahnya seperti apa dan masalah apa yang muncul. Jadi kita ingin membuat Pancasila sebagai percakapan sehari-hari dan bukan menjadi alat negara. Anak-anak harus hidup dengan Pancasila," pungkasnya.*** (agus satia negara)


Editor : Ahmad Sayuti