Komunitas dan Koperasi Melawan Gempuran Perusahaan Raksasa

Berkaca pada hasil pendaftaran Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) Jawa Barat, mencatat ada 4,63 juta usaha/perusahaan non pertanian. Dari jumlah tersebut sebanyak 98,49 persen atau 4,56 juta berskala Usa

Komunitas dan Koperasi Melawan Gempuran Perusahaan Raksasa
INILAH, Bandung-Berkaca pada hasil pendaftaran Sensus Ekonomi 2016 (SE2016) Jawa Barat, mencatat ada 4,63 juta usaha/perusahaan non pertanian. Dari jumlah tersebut sebanyak 98,49 persen atau 4,56 juta berskala Usaha Mikro Kecil (UMK).
 
Hal tersebut menjadi PR dari Dinas Koperasi dan Usaha Kecil (KUK) Jabar untuk mendorong pelaku UMK naik kelas. 
 
Kepala Dinas KUK Jabar Dudi Sudradjat Abdurachim mengatakan, gempuran perusahaan raksasa ke Jabar menjadi tantangan tersendiri bagi pelaku UMK yang notabene masih terbatas dari sisi permodalan. Agar bisa bersaing, menurut dia, kuncinya dengan membentuk komunitas.
 
"Jadi UMK kalau sendiri-sendiri rentan untuk mati. Jadi bagaimna caranya mereka harus berkumpul dalam bentuk asosiasi bisa juga melalui komunitas," ujar Dudi, Selasa (25/12/2018).
 
Menurutnya, sejauh ini cukup banyak pelaku usaha di Jabar yang tergabung dengan komunitas. Hanya saja, pihaknya merasa perlu mendorong agar lebih banyak wadah-wadah bagi para produsen lokal.
 
"Banyak komunitas yang bagus-bagus, tapi masih kurang banyak ya. Kita akan terus mendorong agar lebih banyak lagi. Terutama di anak muda milenial," katanya.
 
Namun hanya mengandalkan komunitas saja tidak cukup. Dudi menyarankan, setiap komunitas tersebut berlandaskan badan koperasi. Sebab sesuai dengan fungsinya, koperasi bisa mendongkrak potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat.
 
"Saya menyarankan komunitas itu dalam bentuk koperasi. Karena saya meyakini masa depan ekonomi kita yang akan mensejahterakan adalah koperasi," katanya.
 
Hanya saja, dia tak menampik, masih banyak masyarakat yang belum memahami fungsi koperasi secara utuh. Khususnya di kalangan milenial yang masih menilai koperasi adalah organisasi ekonomi yang kuno.
 
"Saya punya niat re-branding koperasi agar lebih masuk kepada anak muda dan komunitas tertentu. Supaya koperasi itu kesannya tidak kampungan dan jadul," paparnya.
 
Padahal, lanjutkan Dudi, sudah banyak koperasi yang bisa mendunia. Sebut saja Fonterra Co-operative Group Limited, yakni koperasi susu multinasional Selandia Baru yang dimiliki oleh 10600 peternak Selandia Baru. Di mana perusahaan ini menguasai 30 persen ekspor produk susu dunia.
 
Atau, Ocean Spray koperasi pertanian petani cranberry dan grapefruit yang bermarkas di Lakeville/ Middleborough, Massachusetts, Amerika Serikat.
 
"Banyak perusahan-perusahaan besar basicnya dari koperasi seperti Fonterra di Selandia Baru dan Ocean Spray di Amerika," ungkapnya.
 
Dia optimis, tren ke depan guna memajukan ekonomi domestik yaitu dengan koperasi. Hal tersebut sudah dibuktikan di negara-negara besar.
 

"Kita harus merapatkan barisan masyarakat kita, mengupayakan masyarakat mengunakan produk dalam negeri harus dengan gerakan yang masiv," pungkasnya.


Editor : inilahkoran