Menelisik Jejak Cheng Ho, Sang Laksamana Penyebar Islam di Cirebon

Laksamana Cheng Ho (Cheng Hwa) bukanlah nama asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Dia disebut-sebut sebagai tokoh asal Tiongkok yang berperan dalam akulturasi budaya di tanah air.

Menelisik Jejak Cheng Ho, Sang Laksamana Penyebar Islam di Cirebon
INILAH, Cirebon - Laksamana Cheng Ho (Cheng Hwa) bukanlah nama asing bagi sebagian masyarakat Indonesia. Dia disebut-sebut sebagai tokoh asal Tiongkok yang berperan dalam akulturasi budaya di tanah air.
 
Dalam sebuah literasi, Cheng Ho dikenal sebagai pelaut dan penjelajah Tiongkok yang melakukan beberapa penjelajahan antara 1405-1433. Dia merupakan seorang kasim Muslim yang menjadi orang kepercayaan Kaisar Yongle dari Tiongkok (berkuasa tahun 1403-1424) yakni kaisar ketiga dari Dinasti Ming.
 
Dia disebut-sebut berperan besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa Barat. Syekh Quro dan Syekh Nurjati, dua mubaligh penyebar agama Islam di Jabar, tepatnya di Cirebon, konon dibawa Cheng Ho.
 
Kedua mubaligh itu dikabarkan penyebar agama Islam keturunan Campa yang turut dalam ekspedisi Cheng Ho ketiga yang diturunkan di Pelabuhan Muara Jati Cirebon. Selain membawa serta dua mubaligh, Cheng Ho pun pernah bertemu Sultan Cirebon dan menghadiahinya beberapa cinderamata khas Tiongkok, salah satunya piring bertulisan ayat kursi.
 
Meski disebut-sebut memiliki andil besar dalam kultur tanah air, jejak Cheng Ho di Cirebon sendiri belum tergali dan terdata optimal. Diprediksi, peninggalan Cheng Ho lebih banyak lagi ketimbang yang sudah diketahui hingga kini.
 
Sejauh ini, artefak peninggalan Cheng Ho kebanyakan dijumpai di Desa Muara dan Desa Sirnabaya di Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon. Dalam sebuah seminar internasional bertajuk Jejak-jejak Laksamana Cheng Hwa di Cirebon, sejumlah praktisi sejarah pun berkehendak merekonstruksi jejak Cheng Ho.
 
Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Padjajaran Bandung, Nina Herlina menuturkan, ekspedisi Cheng Ho ke sejumlah daerah di Nusantara sesungguhnya bermisi perdamaian dan budaya. Selain itu, dia juga melakukan penyebaran agama Islam.
 
"Ekspedisi pertama Cheng Ho berkekuatan armada kapal-kapal besar. Ada yang menyebut 200 kapal, ada juga 300 kapal, dengan kekuatan 27.800 orang," kata Nina.
 
Hanya, yang singgah di Pelabuhan Muara Jati Cirebon 70 kapal untuk mengisi perbekalan dan air bersih selama tujuh hari tujuh malam. Sumber air bersih dalam balong-balong ketika itu banyak ditemui di sekitar Pelabuhan Muara Jati.
 
Pada ekspedisi ketiga, barulah Cheng Ho bersama Syekh Quro dan Syekh Nurjati yang turut serta, turun dan menetap di Cirebon untuk menyebarkan Islam. Dia menggambarkan, Laksamana Cheng Ho berjasa besar kepada warga muslim Jabar.
 
"Fakta sejarah, Islam dibawa masuk ke Jabar oleh orang Cina," cetusnya.
 
Sayang, lanjut dia, banyak artefak peninggalan Cheng Ho yang terbengkalai bahkan musnah. Padahal, sejarah yang dibuktikan dengan artefak dan naskah dapat menjadi sumber inspirasi masyarakat kini, bahkan berpotensi membawa dampak ekonomi.
 
Terkait itu, pakar sejarah Laksamana Cheng Ho yang juga Direktur Cheng Ho Cultural Museum Malaka, Tan Ta Sen mengusulkan ide pembentukan tim khusus guna merekonstruksi peninggalan Cheng Ho. Upaya ini akan dibiayai International Zheng He Society, selain pula membentuk semacam Komite Penelitian dan Pengembangan Warisan Sejarah Cirebon.
 
"Dengan adanya komite ini akan memaksa anggotanya melaksanakan tugas dan kewajiban meneliti serta mengembangkan warisan sejarah Cirebon, termasuk terkait kedatangan Cheng Ho," papar dia.
 
Sementara itu, Kuwu Desa Sirnabaya, M Muhaimin menyatakan kesanggupan menyediakan lahan untuk dibangun museum. "Ini bisa jadi tempat menampung hasil penelitian dan penggalian artefak peninggalan Cheng Ho di Desa Sirnabaya dan sekitarnya," katanya.


Editor : inilahkoran