Realisasikan Ketahanan Pangan, Desa Kayu Ambon Budidayakan Kentang Granola

Sebagai  salah satu desa yang berada di wilayah yang mayoritas penduduknya bergelut dalam bidang pertanian, Pemerintah Desa (Pemdes) Kayu Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) punya cara tersendiri untuk menjaga ketahanan pangan dari mulai tingkat desa.

Realisasikan Ketahanan Pangan, Desa Kayu Ambon Budidayakan Kentang Granola
Sebagai  salah satu desa yang berada di wilayah yang mayoritas penduduknya bergelut dalam bidang pertanian, Pemerintah Desa (Pemdes) Kayu Ambon, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) punya cara tersendiri untuk menjaga ketahanan pangan dari mulai tingkat desa./Agus Satia Negara

"Jadi dengan sistem aeroponik ini, bertani kentang bisa lebih maksimal hasilnya dan juga prosesnya juga jadi lebih efektif," paparnya.

Meski begitu, lanjut dia, lantaran program aeroponik kentang granola berasal dari dana desa, maka sistem kerjasama antara desa yang diwakili kepala desa dengan kelompok petani disepakati dengan pembagian hasil 30 persen untuk kas desa dan 70 persen untuk pengelola (kelompok tani). 

"Pengelola lebih besar karena memang ada operasional yang harus mereka keluarkan setiap harinya," ujarnya.

Baca Juga : Terbukti Menyuap Penyidik KPK, Eks Walkot Cimahi Ajay Dituntut 8 Tahun Penjara

"Sementara 30 persen untuk desa akan dipergunakan untuk mengembangkan konsep serta sistem pertanian ini disamping untuk penanganan masalah gizi masyarakat dalam rangka pencegahan kasus stunting," sambungnya.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Desa Kayuambon, Hendra Gunawan menambahkan, dengan sistem pertanian konvensional, rata-rata satu pohon kentang dapat menghasilkan umbi yang berkisar antara tiga sampai enam umbi. 

Namun, dengan sistem aeroponik, produktivitasnya lebih tinggi dimana, satu tanaman kentang granola bisa menghasilkan 10 hingga 30 umbi.

Baca Juga : Aksi Perang Sarung Bikin Resah, Polres Cimahi Imbau Orang Tua Awasi Anak-anaknya 

"Biaya produksi untuk sistem aeroponik ini rata-rata Rp5.000 sampai Rp 7.000 pertanaman tapi Alhamdulillah, keuntungannya itu bisa mencapai 100 sampai 150 persen," tandasnya.*** (agus satia negara)


Editor : JakaPermana