Tahun Ajaran Baru, Sekolah di Kota Bandung Masih Butuh Fasilitas Inklusi

Ketua PPID SDN 071 Sukagalih Novie Susanti Nuraeni menjelaskan, kelas satu terdiri dari empat rombongan belajar (rombel). Masing-masing rombel terdiri dari 28 siswa.

Tahun Ajaran Baru, Sekolah di Kota Bandung Masih Butuh Fasilitas Inklusi
Foto istimewa

"Meski belum maksimal, tapi sudah cukup membantu kami. Petugasnya pun bisa langsung datang ke sekolah untuk asesmen langsung," ujar dia.

Sedangkan kekurangannya, komunikasi langsung antara pihak sekolah dengan calon pesertanya didik sangat terbatas. Sehingga para guru tidak bisa mendeteksi lebih awal kondisi calon peserta didik yang ternyata masuk dalam kategori ABK.

"Bukan kami tidak ingin mendidik anak-anak tersebut, tapi kami menyadari betul kekurangan dari fasilitas inklusi di sekolah kami. Jika ada kuota untuk siswa ABK, kami harap fasilitas pendidikan untuk mereka pun bisa ditunjang dengan baik," ucapnya.

Contohnya dikemukakan Ulan adalah M Aldifi Tegarajasa atau dikenal Tegar. Aldifi merupakan salah satu anak didik di SDN 071 Sukagalih yang masuk kategori ABK tuna daksa. 

Menurut Ulan, sebenarnya Tegar hanya dibimbing sampai kelas tiga. Tapi, akhirnya Tegar bisa lanjut sekolah sampai sekarang kelas enam.

"Dia di kelas menulis dengan kakinya. Tidak ada fasilitas khusus untuk Tegar. Meja dan kursinya sama dengan siswa yang lain. Sehingga dia menulis di kursi. Meski begitu, saya bersyukur teman-teman Tegar semuanya baik, saling membantu, tidak ada bullying. Itu membuat Tegar bisa betah di sini," ujar dia.

Sementara itu, Maulana bersama anak keduanya Rasya M Athaya salah satu murid baru kelas satu sudah datang sejak 06.15 WIB. Maulana mendaftarkan anaknya melalui jalur afirmasi RMP. 


Editor : Ahmad Sayuti