Tahun Ajaran Baru, Sekolah di Kota Bandung Masih Butuh Fasilitas Inklusi

Ketua PPID SDN 071 Sukagalih Novie Susanti Nuraeni menjelaskan, kelas satu terdiri dari empat rombongan belajar (rombel). Masing-masing rombel terdiri dari 28 siswa.

Tahun Ajaran Baru, Sekolah di Kota Bandung Masih Butuh Fasilitas Inklusi
Foto istimewa

Oleh karena itu dituturkan Ulan Sumilan, pada MPLS di pekan kedua akan ada kembali asesmen dari Disdik Kota Bandung. Hal tersebut lah yang akan menentukan jumlah siswa ABK di sekolahnya.

"Saat ini, yang baru terdeteksi ada tiga orang, dan yang telah diasmen satu orang. Anak tersebut terindikasi mengidap autisme," ucapnya.

Ulan menuturkan, MPLS akan berjalan selama dua pekan. Pekan pertama diisi dengan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah. Pekan dua digunakan untuk asesmen siswa. Gunanya untuk melihat kemampuan sosialnya terlebih dahulu. Melihat sejauh mana anak bisa bersosialisasi dan mengikuti pelajaran di sekolah.

Baca Juga : Salurkan Hobi Gen Z dan Milenial Muda, Ganjar Muda Padjajaran Gelar Turnamen MLBB

"Baru setelah itu asesmen kemampuan kognitifnya. Ini menjadi pegangan untuk guru, seperti apa cara pembelajaran yang akan diberlakukan," ujar dia.

Menurut Ulan, perlu ada koordinasi yang lebih intensif antara pihak sekolah dengan dinas terkait. Apalagi dengan Kurikulum Merdeka saat ini, para guru dituntut untuk bisa mengelompokkan anak sesuai dengan kemampuan belajarnya.

"Anak kinestetik tentu berbeda cara belajarnya dengan anak audio. Berbeda lagi dengan anak visual. Para guru harus bisa menguasai keseluruhannya dan menyesuaikan dengan cara belajar siswa," jelasnya.

Selain itu, bagi Ulan sistem PPDB kali ini ada sisi plus minusnya. Kelebihannya, sangat membantu pihak sekolah dalam mempercepat proses PPDB. Ada pula fasilitas assessment center dari Disdik untuk membantu pihak sekolah melihat kemampuan sosial dan kognitif anak.


Editor : Ahmad Sayuti