'Tigo Tungku Sajarangan' untuk Memajukan Pendidikan

INILAH, Padang - Upaya memajukan pendidikan tidak dapat diemban pemerintah saja. Peran keluarga, masyarakat, serta alumni juga menentukan.

'Tigo Tungku Sajarangan' untuk Memajukan Pendidikan
Ilustrasi
INILAH, Padang - Upaya memajukan pendidikan tidak dapat diemban pemerintah saja. Peran keluarga, masyarakat, serta alumni juga menentukan.
 
Orang tua, masyarakat dan alumni seperti tiga tungku kompor yang sejajar yang peranannya sama-sama krusial dan saling menguatkan satu sama lain. 
 
Prinsip inilah yang digunakan Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri 5 Kota Padang, Junaidi, dalam usaha memajukan pendidikan di lingkungan sekolah dan kotanya. Ibarat tiga tungku kompor, jika semuanya sama-sama kuat maka proses memasak pun akan aman. 
 
"Masyarakat Minangkabau mengenal prinsip kepemimpinan yang disebut dengan tigo tungku sajarangan. Intisari filosofi ini saya adopsi agar sekolah, orang tua, dan masyarakat atau alumni ikut serta dalam memajukan pendidikan," kata Junaidi kepada wartawan ditemui di kantor Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat, Selasa (27/11).
 
Menurut Junaidi, yang mengawali karirnya sebagai guru di SMP Negeri 8 Kota Padang pada tahun 2000 silam,  hal yang paling penting dilakukan saat ini untuk membuat pendidikan Indonesia semakin maju adalah dengan cara berkolaborasi yang melibatkan semua unsur pemangku kepentingan. 
 
Sebab, jika praktik pendidikan tidak berubah dan hanya mengandalkan satu pihak saja, maka akan sulit untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara lain apalagi di zaman yang serba digital seperti sekarang. 
 
Pelibatan orang tua siswa dan masyarakat serta alumni sekolah maka akan membuka cakrawala pemikiran bahwa peranan mereka sangat krusial dalam memajukan pendidikan dan mengembangkan potensi anak di sekolah. 
 
Selain itu keterlibatan mereka pun akan membuat mereka merasa memiliki sekolah. Sehingga tanggung jawab moral terkait maju atau mundurnya pendidikan lambat laun akan berada di benak dan pundak mereka. 
 
Yang terpenting, kata Junaidi, setelah orang tua dan masyarakat dilibatkan yaitu menjaga amanat dan kepercayaan yang telah diberikan kepada sekolah. Caranya dengan tetap mengedepankan transparansi sekaligus menggarisbawahi bahwa tidak selamanya keterlibatan mereka harus diukur dengan uang. 
 
"Yang penting transparansi, karena ketika ada kepercayaan dari orang lain maka harus dijaga. Kalau tidak dijaga satu kali saja, maka pupus sudah," jelas Junaidi yang berkali-kali meraih penghargaan dari pemerintah pusat itu. 
 
Ditemui di tempat yang sama, Yulkarnaini - salah seorang pengawas TK dari Dinas Pendidikan Kota Padang - mengatakan, semestinya sekolah tidak hanya mengedepankan prinsip sehat dari segi fisiknya saja. Tetapi juga harus menanamkan konsep sehat lahir dan batin siswa-siswanya agar berdampak kepada orang
lain. 
 
Cara membangunnya tidak cukup melibatkan para guru di dalam lingkungan pagar sekolah namun juga harus mengajak masyarakat yang berada di sekitarnya. Artinya dampak yang akan didapatkan masyarakat dari kesehatan lahir dan batin para siswa linear dengan keterlibatan mereka dalam menciptakannya. 
 
"Maka masyarakat harus turut berperan. Lurah bertanggungjawab, pemuda juga, ibu-ibunya juga. Kalau lingkungan di luar pagarnya hanya berjalan sendiri-sendiri maka tidak akan terwujud sekolah sehat lahir dan batin," kata Yulkarnaini. 


Editor : inilahkoran