TPID Kota Bogor Kendalikan Inflasi dari Lahan Tidur dengan Panen Cabai di Cimahpar 

Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Bogor yang dipimpin Sekda Kota Bogor Syarifah Sofiah melakukan upaya pengendalian inflasi dilakukan bersama petani cabai mandiri. 

TPID Kota Bogor Kendalikan Inflasi dari Lahan Tidur dengan Panen Cabai di Cimahpar 
Upaya yang dilakukan TPID Kota Bogor untuk mengendalikan laju inflasi itu dengan cara melakukan panen bersama cabai merah besar dan cabai merah keriting lahan pertanian perkotaan berlokasi di jalan Guru Muchtar, Kelurahan Cimahpar, Kecamatan Bogor Utara. (rizki mauludi)

Syarifah membeberkan, seperti halnya pertanian lahan perkotaan yang dikelola secara mandiri oleh Muhammad Haerudin atau yang akrab disapa Kendi yang menyewa lahan yang sebelumnya merupakan lahan tidur yang dipenuhi semak belukar dan ilalang, kini dimanfaatkan untuk bertani cabai.

"Kendi yang sudah lima tahun memulai bertani cabai secara mandiri karena tidak masuk dalam kelompok tani merasakan betul perjuangan dalam bertani cabai dalam merawat dan menghadapi harga cabai yang fluktuatif," bebernya.

Petani cabai, Muhammad Haerudin atau yang akrab disapa Kendi mengatakan, dirinya menanam cabai menggunakan pola konvensional untuk memangkas biaya produksi sehingga bisa memaksimalkan luas lahan yang digunakan. Dari total lahan 1.500 meter dirinya bisa menanam 1.300 pohon cabai yang dipanen pada usia 3 bulan hingga enam sampai tujuh bulan dengan jarak panah tiga hari sekali.

Baca Juga : Sopir Mobil Pickup Nekat Terjun ke Jurang Gegara Dikejar Debt Collector

"Cabai ini perawatannya harus intensif, harus dilihat juga. Jadi untuk menjaga dari hama pas musim bunga atau ketika mau tumbuh buah sampai berbuah itu harus terus dipantau. Melakukan pengendalian hama secara interval tidak boleh lewat," tuturnya.

Kendi menjelaskan, dalam satu kali panen dari setiap pohon jika mendapat hasil maksimal Kendi bisa memanen 1 kilogram dalam satu pohon pada setiap kali panen. Namun dirinya pun tak memungkiri dari total 1.300 pohon yang tumbuh tidak semuanya berbuah .

"Kalau dari 1.300 pohon ini panennya bisa 1.300 kilogram itu sudah bagus banget. Tapi kan kadang ada tingkat kematian juga. Misal dari 100 persen pohon itu total 1.300 pohon, tingkat kematiannya paling besar bisa mencapai 20 persen. ya jadi hasil panen total pohon itu dikurangi 20 persen pohon yang mati itu," jelasnya. (rizki mauludi)

Baca Juga : Dedie Ajak Masyarakat Bogor Manfaatkan Sedot Kakus di UPTD PAL, Dijamin Cepat, Tanggap dan Melayani

Halaman :


Editor : Doni Ramdhani