Cemas Banjir, Warga Minta Sungai Kriyan DIkeruk

 Jelang puncak musim hujan, warga yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Kriyan, Kota Cirebon, mencemaskan potensi banjir dan meminta pengerukan. Puncak musim hujan diprediksi Desember-Januari m

Cemas Banjir, Warga Minta Sungai Kriyan DIkeruk
INILAH, Cirebon – Jelang puncak musim hujan, warga yang tinggal di sepanjang aliran Sungai Kriyan, Kota Cirebon, mencemaskan potensi banjir dan meminta pengerukan. Puncak musim hujan diprediksi Desember-Januari mendatang.
 
Permintaan itu muncul mengingat pendangkalan sungai dianggap telah parah. Kondisi itu dipandang dapat menyebabkan banjir hingga menerjang pemukiman, selain warga telah lama kehilangan manfaat sungai sebagai sarana transportasi.
 
"Sekarang ini, ketinggian air Sungai Kriyan hanya sekitar selutut orang dewasa," ujar seorang warga Kriyan Barat, Kelurahan Pegambiran, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, Junaedi kepada wartawan, Minggu (25/11/2018).
 
Saat kemarau, lanjutnya, dasar Sungai Kriyan bahkan terlihat di sejumlah titik. Padahal, ketinggian air sungai dulu mencapai lebih dari dua meter. Kondisi itu memungkinkan warga Kriyan yang kebanyakan berprofesi sebagai nelayan akhirnya berani memiliki perahu sendiri karena Kriyan Barat tak jauh dari laut.
 
Ketua RW 17 Kriyan Barat, Bambang Jumantra mengklaim, Sungai Kriyan tidak pernah dikeruk selama beberapa tahun terakhir. Pihaknya telah beberapa kali menyampaikan pada otorita setempat terkait dampak pendangkalan.
 
"Tapi, sampai sekarang belum direspon. Padahal, kalau hujan, banjirnya masuk ke rumah-rumah dan warga juga tak bisa memanfaatkan sungai sebagai sarana transportasi," terangnya.
 
Dia menyebutkan, kala musim penghujan, nyaris setiap tahun perumahan warga diterjang banjir hingga ketinggian air sekitar 50 cm. Kejadian terparah ketika banjir menggenangi pemukiman hingga setinggi satu meter.
 
Sungai Kriyan sendiri, katanya, termasuk salah satu sungai bersejarah di Kota Cirebon. Dahulu, sungai ini merupakan salah satu pintu masuk ke Kota Cirebon melalui jalur laut yang dilanjutkan melalui jalur sungai.
 
"Zaman dulu, pengunjung atau tamu Kesultanan Cirebon dari luar negeri yang datang dengan perahu menambatkan perahu besarnya di Pelabuhan Muarajati. Mereka lalu melanjutkan dengan perahu lebih kecil menyusuri Sungai Kriyan dan masuk ke keraton melalui situs Lawang Sanga," bebernya.
 
Dengan historinya, dia berharap Pemerintah Kota Cirebon menjadikan Sungai Kriyan benar-benar sebagai destinasi wisata. Pengerukan pun akan direalisasikan bila rencana itu bukan sekedar wacana.
 
Terpisah, Kepala Bidang Program dan Perencanaan Umum Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanuk-Cisanggarung, Dwi Agus Kuncoro mengungkapkan, tak bisa mengeruk semua sungai yang mengalami pendangkalan dengan alasan keterbatasan anggaran. Kondisi itu juga menghambat pihaknya dalam upaya perbaikan seluruh tanggul kritis.
 
"Anggaran kami terbatas. Bukan hanya pengerukan sungai, untuk perbaikan tanggul kritis pun tak semua bisa dilakukan," paparnya.
 
Sementara, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, memprediksi puncak musim hujan berlangsung pada Desember 2018 hingga Januari 2019. Saat ini secara umum, meski telah memasuki musim penghujan, intensitasnya masih rendah.
 
"Puncak musim hujan dipredisksi terjadi pada akhir tahun sampai awal tahun depan. Saat ini Kota Cirebon sudah masuk musim penghujan, tapi curah hujannya masih rendah," tutur Forecaster BMKG Stasiun Jatiwangi, Ahmad Faa Izyin.
 
Pihaknya mengimbau warga yang daerahnya 'langganan' bencana musim hujan seperti banjir, longsor, dan lainnya, sejak kini mengantisipasinya. Hal itu salah satunya dengan membersihkan lingkungan sekitar, selain tetap mengedepankan kewaspadaan.


Editor : inilahkoran