Sikap Kami: Ironisme Wahid

JIKA ada ironisme hidup aparatur hukum yang hebat, maka Wahid Huden pasti salah satu di antaranya. Apa yang dia alami sepatutnya memberi pelajaran pada aparatur, termasuk penegak hukum, untuk tidak menyalahgunakan wewenangnya.

Sikap Kami: Ironisme Wahid

JIKA ada ironisme hidup aparatur hukum yang hebat, maka Wahid Huden pasti salah satu di antaranya. Apa yang dia alami sepatutnya memberi pelajaran pada aparatur, termasuk penegak hukum, untuk tidak menyalahgunakan wewenangnya.

Kita pastikan, mimpi pun tidak Wahid Husen akan berlama-lama di Lapas Sukamiskin. Sebagai pejabat Kementerian Hukum dan HAM, sebelum akhirnya dipecat, posisi Kalapas Sukamiskin kerap berganti. Tak ada yang lama di sana.

Maka jika ada (mantan) pejabat Kemenkumham yang lama di Lapas Sukamiskin, Wahid Husen boleh jadi yang paling lama. Sialnya, lama bukan karena jabatannya, melainkan karena statusnya sebagai warga binaan.

Baca Juga : Sikap Kami: Bola di Tangan Orang Tua

Kemarin, majelis hakim Pengadilan Tipikor Bandung menjatuhkan vonis hukuman tiga tahun penjara untuknya atas gratifikasi yang diberikan pengusaha dalam bentuk pembelian mobil. Sebelumnya, atas gratifikasi lain dari warga binaan, dia dijatuhi vonis delapan tahun. Artinya, 11 tahun lamanya dia akan menghabiskan waktu sebagai warga binaan. Bandingkan dengan hanya empat bulan masanya sebagai Kalapas Sukamiskin.

Aparatur penegak hukum adalah pekerjaan mulia. Dia tak hanya tugas, melainkan juga wewenang, kuasa. Yang terakhir inilah yang kerap menjebloskan mereka. Melakukan penyalahgunaan wewenang.

Maka, ini menjadi pembelajaran berharga bagi para penegak hukum, bukan hanya petugas lapas, melainkan juga kepolisian, kejaksaan, dan pengadilan. Bahwa kuasa dan kewenangan yang diterima, jika tak dijalankan dengan kesungguhan dan keadilan, suatu ketika bisa menghadirkan malapetaka.

Baca Juga : Sikap Kami: Emil dan Pertanyaan Bodoh Itu

Wahid, meski menjadi salah satu hal paling ironi, tidak berdiri sendiri. Tak sedikit penegak hukum yang kini berbalik menjadi pesakitan, warga binaan –bahasa halus untuk narapidana. Kini, yang juga ramai, adalah kasus yang melibatkan Pinangki Sirna Malasari, petugas kejaksaan, dan dua jenderal polisi, Napoleon Bonaparte serta Prasetijo Utomo.

Halaman :


Editor : Zulfirman