Transaksi Bisnis Digital Mencapai Rp600 Triliun di 2030

Saat ini tren bisnis digital menunjukkan peningkatan. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara menyebutkan, nilai transaksi bisnis digital pada 2030

Transaksi Bisnis Digital Mencapai Rp600 Triliun di 2030
INILAH, Bandung - Saat ini tren bisnis digital menunjukkan peningkatan. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara menyebutkan, nilai transaksi bisnis digital pada 2030 bakal mencapai Rp600 triliun.
 
"Saat ini, nilai transaksi e-commerce masih Rp100 triliun. Tapi, pada 2030 mendatang nilainya bisa tumbuh enam kali lipat menjadi Rp600 triliun. Ini peluang dari bisnis digital," kata Bhima saat diskusi UMKM Go Digital di Kantor Cabang BTPN Juanda-Dago Bandung, Selasa (27/11/2018).
 
Menurutnya, secara global kini pertumbuhan bisnis ini terhitung sebesar 17%. Di Indonesia, pertumbuhannya masih kurang dari 1%. Hal tersebut dikarenakan masih banyak masyarakat yang membeli secara langsung. Namun, dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama aktivitas ekonomi itu akan beralih ke online.
 
Pertumbuhan bisnis digital di Tanah Air itu masih jauh di bawah Amerika dan Cina. Di dua negara tersebut, transaksi e-commerce lebih dari 10%. Meski demikian, dia meyakini pada masa yang akan datang Indonesia mampu melampauinya karena memiliki modal berupa banyaknya para pelaku UMKM.
 
"Apalagi, sekarang ada dana desa yang dikucurkan pemerintah. Diharapkan, dana tersebut bisa menggerakkan masyarakat pedesaan menghasilkan produk. Dari sisi jumlah, UMKM kita baru 3,1%. Ini masih jauh dari angka ideal yang harusnya bisa mencapai 6-7%," ucapnya seraya menyebutkan hambatan berasal dari penetrasi internet yang masih terkonsentrasi di pulau Jawa sebesar 60%.
 
Dia menambahkan, ke depan tren transaksi bisnis itu akan dijalankan secara online ke offline. Artinya, kata dia, pasar online tidak akan menggerus pasar offline. Justru, kedua model transaksi itu nantinya saling berkolaborasi.
 
Sementara itu, Daya Head BTPN Andrie Darusman menyebutkan pihaknya mendukung pertumbuhan UMKM di Bandung. Dukungan terhadap perkembangan UMKM berbasis digital itu merupakan salah satu upaya agar UMKM bisa berkembang lebih pesat. Apalagi, saat ini masih ada kesenjangan kapasitas bisnis antarpelaku usaha.
 
"Langkah ini sejalan dengan target pemerintah yang menargetkan 8 juta UMKM bisa go digital pada 2019. Kita memiliki Program Daya sebagai salah satu channel yang bisa digunakan untuk tumbuh lebih pesat. Program Daya ini menjadi unique value proposition (UVP) yang membedakan BTPN dari bank lain," tuturnya.
 
Sejauh ini, nasabah yang merupakan pelaku UMKM yang go digital mencapai tujuh ribu orang. Namun, situs www.daya.id dikunjungi lebih dari 30 ribu orang. Daya diterapkan pada seluruh unit bisnis BTPN dan anak usaha ini sebagai bagian dari model bisnis yang terintegrasi. Program pelatihan dan pendampingan Daya tidak terbatas pada masalah keuangan saja. Namun, berbagai kiat mulai dari cara meningkatkan usaha, memperluas jaringan pemasaran, melayani pelanggan, hingga hal-hal seputar menjalani pola hidup sehat pun diberikan.
 
Inovasi produk berbasis digital ini sejalan dengan transformasi yang digulirkan dengan mengubah konsep pelayanan nasabah dari bank-centric menjadi customer-centric. Perubahan tersebut tercermin pada penggunaan platform digital dalam existing business, termasuk Daya. Melalui www.daya.id, Program Daya dapat diakses secara digital agar aktivitas pelatihan dan pendampingan nasabah dapat semakin luas dan efektif.


Editor : inilahkoran