Gempuran Budaya Pop tak Membuat Seni Tari Jaipongan Ditinggal Generasi Muda

Hingga saat ini banyak generasi muda yang tertarik menggeluti seni tari tradisional Jaipongan, bahkan, tari Jaipongan karya salah satu maestro tari Indonesia Gugum Gumbira ini terus melanglang dunia.

Gempuran Budaya Pop tak Membuat Seni Tari Jaipongan Ditinggal Generasi Muda
Foto Rd Dani R Nugraha

Masih banyaknya masyarakat, khususnya generasi muda yang tertarik menggeluti seni tari Jaipongan ini, yang membuat optimisme Ketua Yayasan Jugala Center, Ismet Ruhimat. Karena hingga saat ini masih banyak anak-anak muda yang mau belajar dan menggeluti seni tari Jaipongan. Ia tak khawatir dan tidak takut Jaipongan kehilangan pamor ditengah gencarnya serbuan budaya populer.

"Saya tidak berpikir rasa ketakutan. Buktinya anak-anak usia  tiga, empat tahun masih banyak yang mau menggeluti seni tari Jaipongan. Nah sekarang ini bagaimana merawatnya, artinya dengan cara apapun kita harus merawatnya," kata Ismet.

Namun tentunya, kata Ismet, merawat seni Jaipongan saat ini caranya berbeda dengan generasi ia dan para pendahulunya. Generasi muda saat ini, mempersepsikan Jaipongan dengan berbagai kreativitasnya. Bahkan termasuk saat generasi muda saat ini mendimensikan Jaipongan dengan berbagai cara. Contohnya, mendimensikan Jaipongan dengan elektronik digital music.

"Yah kita harus wadahi, itu persepsi dan imajinasi yang berkembang. Karena memang diluar negeri juga masuk ke wilayah itu. Tapi bagaimana kita mengusungnya menjadi milik kita bersama," ujarnya.

Kata Ismet, generasi muda harus diberikan kesempatan untuk menginterprestasikan dimensi tradisi mereka. Namun tetap mengacu pada dimensi kultur atau pakem seni tradisi. Ia melihat, meskipun telah dinterprestasikan sesuai dimensi kekinian, namun nilai-nilai tradisi atau pakemnya masih tetap ada.

"Saya lihat para komposer dan koreografer, mereka belajar Jaipongan. Jadi ketika mereka mau mengembangkan Jaipongan, yah tetap dari sana juga ( pakemnya)," ujarnya.

Jadi, kata Ismet, meskipun memiliki sudut pandang lain atau bermacam-macam persepsi terhadap Jaipongan ini. Namun pada intinya tetap DNA nya masih tetap tradisi seni tari Jaipongan. Contohnya, saat ini dimasyarakat ada yang namanya Jaipongan Wayang, padahal selama ini orant mendimensikan tradisi Jaipongan sebagai tari rakyat. Tapi tiba-tiba menjadi Jaipongan Wayang.


Editor : Ahmad Sayuti