Melihat Dengan Duka Mendalam, Korban Gagal Ginjal dan Korban Kanjuruhan

BUKAN ingin membanding-bandingkan jumlah korban. Satu kematian saja, sesungguhnya sudah terlalu banyak. Nyawa tak bisa dipertukarkan dengan apa pun.

Melihat Dengan Duka Mendalam,  Korban Gagal Ginjal dan Korban Kanjuruhan

Jika kita menggunakan pemikiran orang awam,  akan timbul pertanyaan: "Bukankah Kementerian Kesehatan adalah garda terdepan tentang kesehatan rakyat Indonesia?" Lalu: "Bukankah BPOM adalah lembaga yang memiliki stempel sakti terkait peredaran obat di republik tercinta?" Artinya, tidak ada obat dan makanan yang tidak dilebeli BPOM jika ingin dipasarkan di Indonesia.

Ya, paling hanya itu yang bisa saya lakukan. Sama dengan pemikiran orang awam lainnya. 

Di mana Mereka?

Ada pertanyaan lain : "Ketika anak-anak kita meninggal dalam jumlah begitu banyak, mengapa pekik yang keluar tidak segarang tragedi Kanjuruhan?"

Menurut saya, mereka seolah abai dengan tragedi gagal ginjal. Telunjuk mereka seperti terbelenggu tak kuasa menunjuk siapa yang harus dipersalahkan. Mulut-mulut mereka seperti terkunci untuk memaksa si anu dan si anu bertanggung jawab dan mundur dari kedudukannya saat ini.

Betul, tragedi Gagal Ginjal pada ratusan calon-calon penerus  bangsa bukan kasus olahraga, tepatnya bukan sepakbola, tidak ada panggung yang semarak untuk dipakai. Atau kurang seksi? 

Tapi jika melihat kasus dan jumlah kematiannya begitu dahsyat, apakah mereka tidak terpanggil untuk melakukan seperti yang mereka kerjakan pada kasus Kanjuruhan? Di manakah mereka?


Editor : Zulfirman