Melihat Dengan Duka Mendalam, Korban Gagal Ginjal dan Korban Kanjuruhan

BUKAN ingin membanding-bandingkan jumlah korban. Satu kematian saja, sesungguhnya sudah terlalu banyak. Nyawa tak bisa dipertukarkan dengan apa pun.

Melihat Dengan Duka Mendalam,  Korban Gagal Ginjal dan Korban Kanjuruhan

Maaf, apakah Komnas HAM tidak melihat tragedi itu bisa diusut karena sungguh nyawa anak-anak kita direnggut secara paksa? Tidak pulakah dibentuk tim gabungan pencari fakta?

Bayangkan, obat sirup disinyalir memiliki cemaran ‘etilen glikol’ (EG) dan ‘dietilen glikol’ (DEG) di atas ambang batas. Kandungan EG dan DEG ini kemudian digadang sebagai salah satu penyebab maraknya kasus Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (GGAPA)/Acute Kidney Injury (AKI) khususnya pada balita di Indonesia. Tidakkah itu dianggap telah melanggar HAM? Atau....? (dari berbagai sumber).

Sekali lagi, saya tidak ingin membandingkan soal jumlah kematian, karena kehilangan satu nyawa saja sudah sangat besar. Nyawa, tak sebanding dengan apa pun di dunia ini. Nyawa tidak bisa ditebus emas segunung. Nyawa sungguh lebih tinggi dari apa pun. 

Anehnya untuk tragedi Kanjuruhan, mereka seperti sedang berada di medan perang. Mereka memberondongkan senjata ke PSSI.  Mereka menuntut PSSI bertanggung jawab, bahkan meminta seluruh pengurus mengundurkan diri. Dan, Komnas HAM lebih gawat lagi, meminta PSSI dibekukan.

Untuk diketahui oleh Komnas HAM, satu klub saja bubar,  dampak keekonomian yang akan terganggu sudah demikian rupa. Apalagi jika seluruh kegiatan kompetisi sepakbola dibekukan. Maka, ratusan ribu jiwa terancam tak bisa memperoleh penghasilan. Jika itu dilakukan, bukankah Komnas HAM telah melanggar HAM? 

Maaf, ini hanya pendapat pribadi. Atau, mungkin saja Komnas HAM sudah menyiapkan pekerjaan dan penghasilan untuk ratusan ribu jiwa itu.

Entahlah, saya tidak ingin larut dalam penilaian. Hanya saja terkadang bingung, siapakah yang sesungguhnya sudah bekerja dengan baik, tetapi bencana yang tak diundang datang, mereka dimaki, dicerca, dihakimi dan divonis tanpa dasar yang sungguh-sungguh adil? Hebatnya, mereka seolah-olah mampu mengerjakan seluruhnya lebih baik. 


Editor : Zulfirman