Opini: Menimbang Perlunya Proteksi dan Adaptasi dalam Era Digital

Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen- Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB) Center for Innovation, Entrepreneurship and Leadership (CIEL), Yulianto Suharto turut menyoroti terkait rencana penutupan Tiktok Shop. Menurutnya, meskipun proteksi terhadap UMKM sangat penting, pendekatan yang seimbang antara perlindungan dan adaptasi digital diperlukan untuk memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang berkelanjutan. UMKM harus siap beradaptasi dengan perubahan, sementara pemerintah perlu menyusun regulasi yang bijaksana agar semua pemain di pasar mendapatkan peluang yang adil.

Opini: Menimbang Perlunya Proteksi dan Adaptasi dalam Era Digital
Yulianto Suharto, Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen- Institut Teknologi Bandung (SBM-ITB) Center for Innovation, Entrepreneurship and Leadership (CIEL)

Adaptasi sebagai Kunci Keberhasilan

Meskipun TikTok Shop tidak dapat berdagang di Indonesia, dampak dari iklan mereka masih sangat kuat. Oleh karena itu, pelaku UMKM lokal perlu menjadi lebih kreatif dan adaptif. Mereka harus memanfaatkan keunggulan produk lokal sebagai daya saing yang kuat. Sebuah studi oleh Bank Dunia pada 2021 menemukan bahwa UMKM yang berhasil dalam era digital adalah yang mampu mengadopsi teknologi dan berinovasi dalam model bisnis mereka.

Membuka Peluang untuk Platform Lokal

Pelarangan TikTok Shop juga membuka peluang bagi platform e-commerce lokal untuk berkembang lebih luas lagi. Salah satu platform lokal yang terkenal adalah Tokopedia, yang telah menjadi salah satu pemain utama di pasar e-commerce Indonesia. Pada 2022, Tokopedia mengumumkan merger dengan Gojek, perusahaan ride-sharing dan layanan pengiriman makanan terbesar di Indonesia, untuk membentuk perusahaan teknologi terintegrasi yang lebih kuat.

Risiko Terhadap Reputasi dan Investasi Asing

Namun, Yulianto mengingatkan agar pemerintah juga harus mempertimbangkan risiko terkait dengan kebijakan proteksionis ini. Keputusan ini bisa memberikan sinyal negatif kepada investor asing, yang dapat mempengaruhi iklim investasi di Indonesia. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa investasi langsung asing (FDI) ke Indonesia mencapai $22,2 miliar pada tahun 2021, naik 10% dibandingkan tahun sebelumnya. Investor asing mungkin merasa waspada terhadap negara yang terlalu restriktif terhadap perusahaan teknologi asing, dan hal ini dapat mempengaruhi aliran investasi ke depan.

Pertimbangan Konsumen dan Pengalaman Belanja


Editor : Ghiok Riswoto