Semut-semut Tetangga

SIAPA saja boleh tersodok oleh pernyataan Ridwan Kamil. Tapi, tak boleh baper. Yang terlontar adalah fakta. Jadi, ya diterima saja sebagai sebuah pelecut.

Semut-semut Tetangga

Kenapa Jabar jadi serbuan tenaga kerja tetangga? Setidaknya ada dua penyebabnya. Pertama, industri yang banyak terdapat di Jabar, membuka peluang kerja yang lebih luas. Maka, di sana mereka mengadu keberuntungan.

Kedua, soal penghasilan. Jawa Barat termasuk provinsi dengan upah yang tinggi, terutama di wilayah industri. Ini salah satu yang dibutu. Alih-alih mendapat upah di bawah Rp2 juta sebulan sebagaimana upah minimum provinsi (UMP), misalnya, jauh lebih baik bekerja di Karawang atau Bekasi dengan upah minimum kabupaten (UMK) sekitar Rp5 juta.

Jabar adalah gula yang dikerubungi semut. Dia selalu diincar dua pihak sekaligus: industri dan tenaga kerja. Penanaman investasi di Tanah Pasundan terus meroket. Tak peduli upahnya terhitung tinggi. Harap maklum, upah tinggi, adalah juga pertanda tenaga yang dibutuhkan adalah yang berkualitas. Faktanya, kalangan industri tak semuanya tergiur iming-iming upah buruh yang rendah.

Baca Juga : Mental Cuan

Lalu, bagaimana caranya agar industri di Jabar lebih dinikmati tenaga kerja lokal? Tak ada yang bisa memaksa. Yang bisa sekadar anjuran-anjuran. Kecuali itu, adalah mendorong daerah-daerah lain juga meningkatkan penanaman modal di sektor industri sehingga tenaga kerjanya betah di kampung halaman sendiri. (*)

 

 

Halaman :


Editor : tantan