Sikap Kami: Ebiet, HRS, dan Keadilan

MUNGKIN, sesekali, penegak hukum: dari penyelidik, penyidik, penuntut, hingga pengadil, perlu meluangkan waktu. Bisa tengah malam, di tengah suasana sunyi. Agar dapat makna mendalam dari syair lagu Ebiet G Ade ini.

Sikap Kami: Ebiet, HRS, dan Keadilan

MUNGKIN, sesekali, penegak hukum: dari penyelidik, penyidik, penuntut, hingga pengadil, perlu meluangkan waktu. Bisa tengah malam, di tengah suasana sunyi. Agar dapat makna mendalam dari syair lagu Ebiet G Ade ini.

“Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih…Suci lahir dan di dalam batin…” begitu liriknya.

Sebab apa? Timpangnya keadilan sungguh dirasakan masyarakat kita. Hukum yang tajam ke atas, ke bawah, ke samping-kiri kanan itu, ternyata hanya ada di kalimat-kalimat kampanye. Faktanya, tajam ke bawah tumpul ke atas juga.

Baca Juga : Sikap Kami: Sekali Lagi, TWK

Saat ratusan –atau mungkin ribuan?—orang berniat mendatangi Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang menyidangkan Habib Rizieq Shihab, penyebabnya hanya dua. Pertama, ketokohan Rizieq. Kedua, warga yang kiat sulit percaya dengan hukum yang adil.

Perhatian kita ada pada faktor kedua ini. Keadilan yang terasa kian tercabik. Timbangan yang berat sebelah.

Dalam kasus Rizieq Shihab ini, mata telanjang kita melihat begitu banyak keganjilan-keganjilan yang terjadi. Bayangkan, untuk persoalan yang nyaris sama, dia diseret ke tiga proses peradilan sekaligus.

Baca Juga : Sikap Kami: Balada Obat Cacing

Persoalan pelanggaran prokes, misalnya, keadilan itu terasa nyaris tak ada karena dia bukan satu-satunya pelanggar. Banyak pelanggar lain. Dari politisi hingga pejabat negara. Dari selebritas hingga artis. Adakah mereka yang diseret ke pengadilan? Nol! Rizieq Shihab divonis bersalah, dihukum penjara, meski pada satu kasus dia sudah membayar denda.

Halaman :


Editor : Zulfirman