Akhir Pahit Etnis Armenia di Nagorno-Karabakh

Sudah 50.000 orang lebih dari total 120.000 penduduk etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, yang meninggalkan tanah airnya setelah kantong etnis Armenia di Azerbaijan itu dikuasai sepenuhnya oleh Azerbaijan.

Akhir Pahit Etnis Armenia di Nagorno-Karabakh
Sudah 50.000 orang lebih dari total 120.000 penduduk etnis Armenia di Nagorno-Karabakh, yang meninggalkan tanah airnya setelah kantong etnis Armenia di Azerbaijan itu dikuasai sepenuhnya oleh Azerbaijan./antarafoto

Status itu berubah setelah Uni Soviet diperintah Joseph Stalin. Pada 1923, Stalin memaklumatkan Nagorno-Karabakh sebagai otonomi khusus dalam Republik Sosialis Soviet Azerbaijan.

Perubahan itu tak memadamkan bara nasionalisme etnis Armenia. Benar saja, tatkala Uni Soviet di ambang ambruk pada akhir 1980-an, etnis Armenia di Kabarakh mengajukan petisi masuk Republik Soviet Armenia.

Pemerintah Soviet Azerbaijan tak menolerir petisi itu. Mereka memberangus gerakan separatisme itu pada 1988.

Baca Juga : Buron 30 Tahun, Bos Mafia Italia Matteo Messina Denaro Akhirnya Diringkus di Sisilia

Walaupun separatisme itu berhasil dipadamkan, permusuhan antara kedua etnis tak pernah pupus. Sebaliknya, konflik besar-besaran pecah pada 1991 ketika Azerbaijan dan Armenia memerdekakan diri dari Uni Soviet.

Empat tahun kemudian, pada 1994, Armenia dan Azerbaijan menandatangani gencatan senjata Protokol Bishkek yang dimediasi Rusia. Protokol ini memutuskan Nagorno-Karabakh dalam penguasaan Azerbaijan.

Namun, konflik terus saja terjadi, termasuk perang singkat pada 2 April 2016, disusul perang September 2020 yang berakhir pada 10 November 2020 setelah Azerbaijan dan Armenia di bawah mediasi Rusia, menyepakati gencatan senjata.

Baca Juga : Ternyata Ini Beberapa Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional

Perang itu sendiri membuat Azerbaijan mendapatkan lagi wilayah-wilayah sekitar Nagorno-Karabakh yang direbut etnis Armenia dan menduduki kembali sepertiga wilayah Nagorno-Karabakh.


Editor : JakaPermana