Desa Sebagai Fokus Pembangunan dan Penciptaan Lapangan Kerja

SAAT saya masih duduk di bangku SMP, saya pernah membaca sebuah artikel tentang pentingnya pendidikan. Melalui pendidikan kita akan mengetahui lebih banyak manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menguatkan argumentasinya penulis mengambil contoh cerita tentang petani singkong.

Desa Sebagai Fokus Pembangunan dan Penciptaan Lapangan Kerja

SAAT saya masih duduk di bangku SMP, saya pernah membaca sebuah artikel tentang pentingnya pendidikan. Melalui pendidikan kita akan mengetahui lebih banyak manfaat ilmu pengetahuan dan teknologi. Untuk menguatkan argumentasinya penulis mengambil contoh cerita tentang petani singkong.

Dalam tulisannya tersebut, dia memaparkan, seorang petani tradisional hanya akan menjual singkong untuk bisa mendapatkan penghasilan. Sehingga dibutuhkan lahan cukup luas dan tenaga begitu banyak apabila si petani menginginkan penghasilan tinggi.

Berbeda cerita apabila si petani memiliki ilmu pengetahuan. Bisa mengolah singkong menjadi aneka ragam produk olahan misalnya. Seperti mengemasnya menjadi singkong goreng, tape, keripik, tepung tapioka serta aneka jajanan lainnya. Terlebih jika kemudian si petani memiliki network, maka singkong dan aneka produk olahan tersebut juga apat menjadi produk dengan nilai jual lebih tinggi seperti obat-obatan, pasta gigi atau bioetanol.

Begitu berbekas tulisan itu dipikiran saya, dan kini setelah dewasa saya kembali  teringat akan makna tulisan itu.  Sayangnya ada sedikit sesal yang menyesaki dada saya. Ternyata kita sebagai bangsa telah gagal memaknai pendidikan sehingga kita tidak memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara optimal dalam mengelola kekayaan negara ini.

Kita sudah mengalami banyak kehilangan. Kita sudah banyak kehilangan hutan dan aneka hasil hutan. Kita juga kehilangan banyak sekali bahan tambang. Masa lalu kita banyak menjual produk-produk kehutanan sebagai bahan mentah seperti kayu gergajian atau bahkan kayu glondongan, rotan,  dan aneka mineral tambang. Kita baru menyadari setelah barang-barang itu semua hilang dari sekitar kita, dan negara-negara pengimpornya menjadi kompetitor untuk produk ikutan yang baru kita buat.

Namun apalah artinya penyesalan yang selalu datang kemudian. Tidak ada gunanya kita hanya meratapi dan menyalahkan masa lalu. Jauh lebih penting bagi kita adalah bagaimana kita bisa mengkoreksi serta memperbaiki kegagalan yang sudah kita buat.

Mulai dari Desa

Halaman :


Editor : Ghiok Riswoto