Resensi Film: Lukanya Batin Gundala dan Rating Joko Anwar

Ada sesuatu yang tersembunyi di balik film Gundala karya terbaru sutradara Joko Anwar, padahal hal tersembunyi itu sesuatu yang penting.

Resensi Film: Lukanya Batin Gundala dan Rating Joko Anwar
Ilustrasi (Antara)

INILAH, Jakarta -  Ada sesuatu yang tersembunyi di balik film Gundala karya terbaru sutradara Joko Anwar, padahal hal tersembunyi itu sesuatu yang penting. Oleh sebab itu, untuk dapat membaca film ini secara utuh, sesuatu yang tersembunyi tersebut perlu dibeberkan.

Sebagian besar penonton film Gundala akan melulu melihat film ini merupakan sebuah film penuh kekerasan fisik. Ini tidak salah.

Dari awal sampai akhir film memang berisi kekejaman, penganiayaan, siksaan, perkelahian dan pembunuhan. Kendati demikian, di balik begitu banyak kekerasan fisik, sebenarnya, film ini juga merupakan film kekerasan batin yang sangat mengiris dan menyayat.

Justru kekerasan batin inilah yang dihadirkan lebih luluh lantak, dan dari kacamata ini, luka batin yang sedemikian nyerinya, lebih  “mengerikan” dibanding dengan berbagai kekerasan fisik yang menyertainya.

Sejak kecil Sancaka (Muzakki Ramdhan) hidup dalam luka batin yang dalam. Jiwanya mengalami teror kekerasan yang luar biasa.

Ayahnya (Rio Dewanto) yang dijadikan panutan, selalu mengajarkan,”Kalau ada ketidakadilan dan kita diam saja, kita bukan manusia lagi!” Nilai-nilai yang ditularkan dari “idolanya” ini, bersemayam kuat di hati Sancaka kecil.

Di lain pihak, Awang (Faris Fadjar), yang menolong dan menyelamatkan nyawanya, justru mengajarkan sebaliknya. ”Loe jangan suka ikut campur urusan orang lain, nanti loe jadi susah.”

Halaman :


Editor : suroprapanca