(Sikap Kami) Belum Juara Lahir Batin

JIKA ada yang kecewa dengan gagalnya kafilah Jawa Barat meraih prestasi terbaik pada STQ Nasional XXV di Pontianak baru lalu, masuk akal saja. Banyak prasarat yang membuat Jabar mestinya bisa unggul, tapi justru mengalami kegagalan.

(Sikap Kami) Belum Juara Lahir Batin
Ilustrasi/Inilahkoran

JIKA ada yang kecewa dengan gagalnya kafilah Jawa Barat meraih prestasi terbaik pada STQ Nasional XXV di Pontianak baru lalu, masuk akal saja. Banyak prasarat yang membuat Jabar mestinya bisa unggul, tapi justru mengalami kegagalan.

Jawa Barat, seperti kita ketahui, hanya mampu menduduki peringkat keenam. Hanya meraih satu gelar juara dari 20 nomor yang dilombakan. Jauh di bawah DKI Jakarta dan Banten.

Secara potensi, Jabar harusnya tak kalah materi. Jabar memiliki penduduk terbesar, umat muslim terbanyak. Jabar juga memiliki banyak pondok pesantren dan lembaga pendidikan semacamnya yang bisa mengasah kemampuan peserta.

Lebih dari itu, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Wakil Uu Ruzhanul Ulum punya visi-misi Jabar Juara Lahir Batin. Keduanya pun orang yang sangat dekat dengan pesantren.

Tapi, menjadikan Jabar Juara bukanlah hal yang mudah. Tak cukup hanya dengan jargon, melainkan juga upaya sungguh-sungguh dan pendekatan yang tepat. Terutama, menjadikan Jabar Juara secara batiniah.

Tentu saja, kegagalan kafilah Jabar di STQ baru lalu, adalah pukulan telak untuk jargon tersebut. Mestinya, dengan potensi yang dimiliki, sepatutnya Jabar berada di posisi pertama, seperti yang pernah diwujudkan dalam berbagai kegiatan MTQ Nasional beberapa tahun lalu.

Dalam konteks ini, yang dibutuhkan adalah pendekatan-pendekatan khusus, termasuk pula pendekatan personal. Sentuhan pemimpin yang bisa menjadikan seorang penghafal bisa tampil lebih percaya diri. Dalam kontestasi semacam ini, peserta sebenarnya memiliki kemampuan yang tak jauh beda. Yang beda, bisa jadi, hanya suasana hati dan konsentrasi.

Halaman :


Editor : Bsafaat