Pro Kontra Permendikbudristek No53 Tahun 2023, Guru Besar SBM ITB: Kembalikan Proporsi pada Level dan Tujuan Utama Pendidikan

GURU Besar Manajemen Kinerja Organisasi SBM ITB, Profesor Dermawan Wibisono angkat suara terkait pro kontra hadirnya Permendikbudristek No53 Tahun 2023.

Pro Kontra Permendikbudristek No53 Tahun 2023, Guru Besar SBM ITB: Kembalikan Proporsi pada Level dan Tujuan Utama Pendidikan
Guru Besar Manajemen Kinerja Organisasi SBM ITB, Profesor Dermawan Wibisono (Foto Istimewa)

Bahkan kadang dibentuk tim drama untuk merepresentasikan salah satu cerita dalam buku yang dibagikan, dengan memakai kostum pentas sesuai dengan kreativitas kelompoknya. Bebas, merdeka, sejak dini.

Seperti dalam hirarki taksonomi Bloom yang diacu banyak universitas di dunia, yang sedikit dimodifikasi di bawah ini, terlihat bahwa tujuan akhir dari pendidikan tinggi bertingkat, berangkat dari penyebaran pengetahuan (knowledge/ remember), pemberian pemahaman dan pengertian (comprehension/ understand), kemampuan menerapkan (application), kemampuan analisis (analysis), kemampuan melakukan sintesis (synthesis), kemampuan evaluasi (evaluation) dan kemampuan menciptakan pengetahuan baru (new knowledge/ create).

Skripsi dalam level Pendidikan S1 dirancang bagi seorang siswa untuk sampai pada tahap analisis. Artinya kemampuan analisis mahasiswa S1 dapat dicapai selama masa perkuliahan dengan berbagai cara, misalnya dengan pemberian tugas-tugas mata kuliah, praktikum, role play, praktik lapangan, dan sebagainya. 

Akan halnya sering kali univesitas memberikan tugas penyusunan skripsi, ha itu adalah bentuk short cut, pemecahan masalah yang dianggap efektif karena mahasiswa tidak punya waktu lagi setelah penyusunan skripsi untuk mengakumulasikan pengetahuan yang ditimbanya pada konsentrasi yang diambilnya selama masa kuliah. 

Selain untuk memeriksa kemampuan mahasiswa di ujungnya karena dalam masa sekarang, apalagi dengan adanya Chatgpt, dan medsos, ‘kerja sama’ penyelesaian tugas dalam arti negatif semakin sukar dikendalikan. 

Oleh karena itu tuntutan publikasi dalam bentuk journal paper, apalagi journal paper international bereputasi, misalnya Scopus Q1 atau Q2, merupakan beban yang berlebihan dan tidak seharusnya dilakukan untuk mahasiswa S1. Walaupun ada segelintir orang yang memiliki kualitas seperti itu, itu merupakan figure yang extra ordinary.


Editor : Ghiok Riswoto